Kemarin, tepatnya tanggal 3 april 2021 kami bertiga berangkat ke Batam melalui jalur laut menggunakan kapal Roro dari pelabuhan Marina Kuala Tungkal, Jambi. Karena hujan deras sedari zuhur hingga menjelang magrib, jadwal keberangkatan kapal seharunya jam 15.00 menjadi pukul 18.30 dan tiba di Pelabuhan Telaga Punggur Batam tanggal 4 April 2021 pukul 10.00 wib.
Liburan ke Batam dimasa pandemi ini keberangkatan harus menyertakan surat keterangan sehat dari petugas kesehatan yang bisa kamu dapatkan di Puskesmas atau Dokter Praktek. Sementara dari Batam ke Kuala Tungkal, kamu harus mengikuti rapid tes yang telah disediakan dengan membayar Rp. 145.000,- per orang menjelang membeli tiket kapal.
Tidak banyak yang dapat diceritakan di atas kapal. Pemandangan laut dari air laut tungkal yang berwarna coklat kemudian berganti menjadi biru ketika memasuki area laut lepas, camar, elang, walet dan burung laut lainnya terkadang melintas di sekitar kapal, lalu perahu-perahu nelayan dikejauhan menjadi objek yang apik untuk diabadikan dan jika beruntung bisa melihat ikan yang sedang berloncatan mengikuti kapal.
Selain pemandangan laut, kita dapat melihat kehidupan
mobilisasi masyarakat menggunakan kapal selama hampir 16 jam perjalanan. Jika
kamu bepergian sendirian, kamu dapat berkenalan dengan orang-orang baru mulai
dari yang tua hingga yang muda, melihat orang-orang yang dapat tidur dimana
saja bersama keluarganya atau teman seperjalanan, di atas kapal. Jika kamu
bepergian bersama teman seperti saya, kami hanya bercengkrama bersama, mencari
tempat yang nyaman, saling berbagi makanan, atau memotret apa saja yang
dianggap bagus.Tapi jika kamu ingin beristirahat, tidak diganggu
oleh orang-orang yang lewat atau yang sekedar ingin mengajak ngobrol, kamu bisa
menyewa kamar di kapal tersebut dengan harga kisaran Rp. 150.000,- hingga Rp.
250.000,-.
Waktu tiga hari tidak cukup bagi kami untuk menjelajahi tempat wisata pun tempat belanja di Batam. Beruntung kami dapat menikmati nuansa malam di Jembatan Satu Barelang setelah bertemu teman lama yang mengajak kami berkeliling di malam hari.
Jembatan Satu sampai Enam Barelang adalah jembatan
penghubung 6 pulau dibangun
oleh Bapak Presiden Indonesia yang ketiga. Menurut warga lokal, pembangunan
jembatan tersebut disertai dengan nuansa mistik, jembatan tersebut beberapa
kali gagal berdiri hingga kemudian berhasil dibangun setelah menggunakan t*mbal.
Tentu saja cerita tersebut tidak diketahui kebenarannya, hanya berdasar isu
semata. Namun, keindahan Jembatan Satu Barelang patut dijadikan spot foto karena
kemegahannnya.
Ocarina Park
Batam termasuk dalam kunjungan kami. Bianglala, water park, giant wheel,
trampoline, juga kiddy land ada di Ocarina. Sayangnya wahana banyak yang tutup
karena pandemi covid 19. Namun, bagi penggemar swafoto jangan kuatir karena
tempat-tempat cantik dengan pemandangan ciamik tetap dapat dinikmati. Rumah
pohon, tangan raksasa yang tinggi mengarah ke pantai dan banyak lagi tempat
foto lainnya yang tentu saja tidak perlu menggunakan tiket.
Ingin khusus bermain air jangan kuatir, pulau-pulau kecil sekitar Batam siap didatangi. Salah satunya adalah Pulau Labun. Menuju Pulau Labun, dari Kota Batam melewati jembatan Satu Balerang hingga jembatan Enam Barelang, setelah jembatan Enam Barelang kamu dapat melihat kawasan RS Covid 19 yang dibangun dengan kurun waktu target 2 minggu berdekatan dengan Kampung Vietnam. Kami merogoh kocek Rp. 250.000,- untuk menikmati fasilitas yang ada di Pulau Labun kecuali penginapan tentunya.
Penjeputan dari Pelabuhan Labun hingga makan siang yang tentu saja terdapat menu seafood. Di Labun kita dapat berenang sepuasnya, mendayung Kano hingga snorkeling melihat “nemo” dan teman-temannya, terumbu karang, dunia bawah laut yang sangat mengesankan. Jangan kuatir jika kameramu takut basah, kamu bisa mendapatkan foto-foto cantik dari guide yang siap dengan kamera anti air. Peralatan snorkeling dan lainnya bebas kamu gunakan. Karena pandemi, hanya kami bertiga yang berlibur di Pulau Labun, berasa liburan privat menyewa seluruh pulau. Hahaha.
Namun, kami kesulitan mencari kendaraan pulang
ke kota Batam dengan jarak tempuh sekitar 1,5 Jam menggunakan mobil, selain
transportasi online yang mahal sektiar Rp. 280.000,- bis umum dan angkutan
lainnya jarang sekali tersedia. Kita harus mencatar atau banyak-banyak bertanya
kepada penduduk lokal yang dapat menghubungi kendaraan umum jika kebetulan akan
ke Batam. Beruntung, kami berkenalan dengan penduduk lokal yang Abangnya akan
ke Batam sore itu, jadilah kami menumpang gratis menuju Batam. Terimakasih Kak
Lana atas keramahan dan mencarikan kami tumpangan.
Dari Pulau Labun, kami diturunkan di Batu Aji sesuai dengan permintaan kami. Pukul 4 sore hari kami berkeliling Batu Aji sambil mencari Masjid. Batu Aji ternyata salah satu tempat berbelanja barang bekas dari luar negeri. Tas wanita hingga ransel juga sepatu berjejer di toko-toko sepanjang jalan.
Saya membeli 1 sepatu dan 1 dompet pria dengan harga murah meriah namun berbahan kulit. Selain Batu Aji, barang bekas dapat juga ditemukan di Pasar Jodoh. Penjual membuka lapak di bawah naungan tenda-tenda. Dari daleman wanita atau pria hingga jaket, topi dan sepatu. Semua ada di Pasar Jodoh.
Ingin barang bekas elektronik dari Pasar
Jodoh kami berjalan kaki sekitar 10 menit ke Nagoya Hill. Teman saya membeli
sebuah laptop bekas keluaran Singapura yang masih sangat bagus. Sayangnya, kami
tidak mengetahui oleh-oleh makanan apa yang khas dari Batam. Orang-orang yang
kami tanya menyarankan untuk membeli cemilan terutama coklat produk Singapura
dan Malaysia.
Selain wisata air dan barang second, kamu dapat mengunjungi Masjid Sultan Mahmud Riayat Syah yang biasa disebut Masjid Agung II, salah satu masjid terbesar di Kepri bahkan di Pulau Sumatera. Masjid Agung II Batam ini sebagai salah satu replika Masjid Nabawi di Madina dapat menampung sekitar 25 ribu jamaah.
Masjid Indah lainnya
di Batam yaitu Masjid Raya Batam. Di halaman masjid ini kamu bisa swafoto
dengan latar welcome to Batam. Masjid Raya Batam juga berdekatan dengan
alun-alun Taman Engku Putri dan area Mega Mall. Namun, kamu harus banyak
bertanya untuk menemukan tempat wudhu di Masjid Raya Batam karena banyak sekali
lorong-lorong yang cukup membingungkan.
Soal tidur jangan kuatir, Batam bertabur penginapan murah yang terletak di tengah kota. Dengan Rp. 125.000,- Kamu bisa menikmati sebuah kamar ketce dengan fasilitas AC, Air Hangat untuk mandi, TV dan kasur yang dapat menampung 2 orang.
Saya memesan hotel saat itu melalui aplikasi traveloka, hotel yang kami tempati terletak di tengah kota, jarak tempuh hanya 7 menit ke Nagoya Hill dengan berjalan kaki. Tapi soal makan, harga makanan di Batam tergolong mahal dibandingkan kota-kota yang pernah saya datangi. Makan di salah satu resto yang ada di Nagoya Hill dengan 3 porsi sebesar Rp. 200.000,- hingga Rp. 300.000,-. Saat sarapan kami mencoba menu di rumah makan seputar Pasar Jodoh saya merogoh saku sebesar Rp. 130.000,- untuk 3 porsi. Sementara malam hari kami mencicipi makanan di warung tenda sejenis pecel lele kami menghabiskan sekitar Rp. 160.000,- dengan 4 porsi di luar minuman, karena sebelumnya kami singgah ke swalayan untuk membeli air mineral.
G#ab dan G#jek dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh kamu bisa
merogoh sekitar Rp. 20.000,- sekali jalan. Jadi, jika kamu ingin bebas dan puas
kemana saja, sebaiknya membawa kendaraan sendiri, namun tentu saja harga tiket
berbeda dan lebih mahal. Jika membawa kendaraan roda dua, tiket kapal sektiar
Rp. 300.000,- dan jika membawa kendaraan roda 4, maka harga tiket tergantung
pada besarnya cc kendaraan roda 4 mu.
Secaran keseluruhan, kabar kemegahan Batam diluar ekspektasi kami. Kami mengira jalanan kota Batam mungkin seperti Palembang yang lebar-lebar. Padat dan penuh dengan lampu di malam hari.
Barang kali karena masa pandemi, kota sebesar Batam pun berasa sepi. Jika tidak pandemi, menurut pak Supir G#ab yang kami tanya, kita dapat berjumpa orang-orang Singapura yang sering berkunjung ke Batam hanya untuk sekedar makan.
Meski diluar dugaan, tetap saja Batam kota indsutri yang
keren untuk dilihat, berburu barang second apapun dari pakaian dalam
wanita/pria, barang elektronik luar negeri hingga perkakas dapur. Atau sekedar berlibur di Pantai-pantai yang
bertaburan di sekitar Batam tidak akan mengecewakan. Jadwal keberangkatan kapal Roro Kuala Tungkal – Batam hari Selasa, Kamis, dan Sabtu pukul 15.00, sementara dari
Batam – Kuala Tungkal hari Senin, Rabu dan Jum’at pukul 15.00. Harga tiket sama, Rp. 150.000,- tanpa kendaraan per orang.
Nah, sampai disini dulu cerita saya tentang kunjungan perdana saya ke Batam. Beberapa foto di bawah ini adalah tempat-tempat yang kami kunjungi.